Perceraian di Bener Meriah

Angka Perceraian Meningkat di Bener Meriah, Psikolog Ungkap Penyebab dan Solusinya

Pernikahan adalah suatu perjalanan panjang yang tidak selalu mulus. Meskipun begitu, bagi sebagian pasangan, pernikahan bisa berakhir

|
Penulis: Kiki Adelia | Editor: Rizwan
Dok.Ismi Niara Bina 
PSIKOLOG - Ahli Psikolog dari UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bener Meriah, Ismi Niara Bina  

TRIBUNGAYO.COM - Pernikahan adalah suatu perjalanan panjang yang tidak selalu mulus.

Meskipun begitu, bagi sebagian pasangan, pernikahan bisa berakhir dengan perceraian yang menyakitkan.

Di Kabupaten Bener Meriah angka perceraian dalam dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Angka tersebut dihitung berdasarkan tahun 2024 dan 2025 dari Mahkamah Syar'iyah yang diperoleh TribunGayo.com.

Tercatat ada sebanyak 304 perkara perceraian terhitung mulai dari Januari hingga Agustus 2025.

Angka tersebut melonjak signifikan dari tahun 2024 lalu yang berada di angka 275 perceraian dari Januari hingga Desember 2024.

Menanggapi situasi tersebut, Ahli Psikolog dari UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Bener Meriah, Ismi Niara Bina kepada TribunGayo.com, Rabu (17/9/2025) mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan perceraian.

"Sebenarnya memang udah lama pingin bahas masalah ini ya, banyak sekali faktor yang mempengaruhi angka perceraian", ungkap Psikolog.

Faktor tersebut mulai dari KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), kesiapan mental yang kurang hingga pengaruh masalah ekonomi yang semakin meruncing.

Menurut Psikolog tersebut dalam rekaman wawancaranya, fenomena KDRT di Bener Meriah mengalami perubahan yang cukup menarik.

Hal ini dapat dikaitkan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak dari kekerasan fisik dan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana proses hukum dapat menanggulangi hal tersebut.

Namun, Psikolog juga mengungkapkan bahwa saat ini, masalah kekerasan dalam rumah tangga yang lebih sering muncul adalah kekerasan psikis, seperti perlakuan diam-diam atau silent treatment, serta komunikasi yang tidak sehat antara pasangan.

"Kalau menurut pengamatan saya akhir-akhir ini justru sebenarnya KDRT fisik tu sudah banyak menurun karena sudah tingginya kesadaran, tapi justru banyak juga yang muncul masalah lain seperti silent treatment dan komunikasi yang nggak baik," ujar Psikolog.

Selain itu, semakin maraknya kasus judi online dan pinjaman online juga berkontribusi terhadap tingginya angka perceraian di wilayah ini.

Menurutnya, fenomena ini bisa jadi disebabkan oleh faktor ekonomi yang semakin berat.

Banyak pasangan yang belum benar-benar siap secara finansial saat memulai pernikahan, dan beberapa di antaranya justru terjerumus ke dalam pinjaman online atau berjudi sebagai pelarian.

Selain faktor ekonomi, psikolog juga mengidentifikasi faktor kesiapan mental sebagai salah satu penyebab utama meningkatnya angka perceraian di Bener Meriah.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren pernikahan di daerah Kabupaten Bener Meriah memang berkembang pesat.

Namun, banyak calon pengantin yang justru lebih fokus pada hal-hal yang bersifat pencitraan, seperti persiapan resepsi pernikahan yang mewah, foto pre-wedding, dan detail lainnya yang lebih terkait dengan penampilan daripada persiapan mental untuk menjalani kehidupan pernikahan.

Psikolog ini menilai bahwa banyak pasangan yang lebih berfokus pada bagaimana acara pernikahan akan terlihat di mata orang lain, daripada bagaimana mereka bisa menghadapi tantangan dalam menjalani rumah tangga.

Akibatnya, ketika menghadapi masalah dalam pernikahan, mereka merasa tidak siap dan akhirnya lebih memilih untuk menghindar daripada menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang sehat.

“Pernikahan itu bukan hanya tentang resepsi. Itu baru gerbangnya. Setelah menikah, kehidupan yang sesungguhnya dimulai. Tapi banyak pasangan yang justru tidak mempersiapkan mental mereka untuk itu,” ungkap psikolog tersebut.

Selain itu, salah satu masalah yang sering muncul dalam rumah tangga adalah ketergantungan pada game online.

Banyak pasangan yang mulai melarikan diri dari masalah pernikahan mereka dengan bermain game online, yang berujung pada kecanduan.

Ketika masalah-masalah lain, seperti ekonomi, semakin memberatkan, banyak pasangan yang mencari solusi instan, seperti menggunakan pinjaman online.

Pinjaman online yang semakin mudah diakses sering kali menjadi jalan pintas bagi pasangan yang kesulitan memenuhi kebutuhan finansial, namun justru memperburuk kondisi ekonomi mereka.

Pinjaman yang tak terbayar dengan bunga yang menggunung membuat masalah semakin rumit, menciptakan ketegangan lebih dalam hubungan suami istri.

Selain faktor-faktor di atas, masalah lain yang diidentifikasi oleh psikolog tersebut adalah ketidakmampuan pasangan untuk menyelesaikan masalah.

Banyak pasangan yang lebih memilih bercerai karena merasa tidak mau repot dengan proses mediasi yang panjang atau karena merasa lebih mudah untuk menghindari masalah.

Psikolog tersebut menyoroti bahwa banyak pasangan yang tidak berusaha untuk mencari solusi atau berdiskusi secara terbuka untuk menyelesaikan masalah mereka.

Akibatnya, banyak pasangan yang memilih jalan pintas dengan perceraian sebagai solusi terbaik.

"Pada akhirnya, mereka tidak melihat bagaimana pernikahan itu harus dibangun dengan kerja sama dan kompromi. Sebaliknya, mereka justru lebih fokus pada kemudahan dan menghindari masalah", jelas psikolog tersebut.

Meskipun kondisi ekonomi dan ketidakmatangan mental menjadi faktor signifikan dalam meningkatnya angka perceraian, psikolog menilai bahwa sebenarnya ada banyak peluang bagi pasangan untuk membangun keluarga yang sehat dan sejahtera.

“Jika kita rajin dan bekerja keras, peluang untuk mencari rezeki di Bener Meriah itu banyak. Masalahnya adalah, banyak yang tidak fokus ke sana,” tambahnya.

Angka perceraian yang terus meningkat di Bener Meriah menunjukkan adanya masalah yang lebih mendalam dalam kesiapan pasangan dalam menghadapi kehidupan pernikahan.

Psikolog mengingatkan pentingnya kesiapan mental, pemahaman yang lebih baik tentang pernikahan, dan kesadaran akan pentingnya komunikasi dan kerja sama dalam rumah tangga.

Lebih penting lagi, pasangan harus siap menghadapi tantangan ekonomi dan belajar untuk membangun kehidupan yang sejahtera bersama, bukan hanya terfokus pada aspek penampilan semata.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu memahami bahwa pernikahan bukan hanya tentang bagaimana terlihat oleh orang lain, tetapi tentang bagaimana membangun sebuah keluarga yang bahagia dan sehat, menghadapi masalah bersama, dan tumbuh bersama seiring waktu.

Bagi calon pengantin yang akan menikah di Bener Meriah, penting untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional.

"Fokus pada aspek persiapan kehidupan bersama setelah pernikahan, termasuk komunikasi yang sehat, kesiapan finansial, serta cara-cara menyelesaikan masalah yang muncul. Jangan hanya terfokus pada pesta dan pencitraan, tetapi pikirkan juga masa depan yang akan dijalani bersama pasangan," tutup Psikolog.

(TribunGyao.com/Kiki Adelia)

Baca juga: Angka Perceraian Meningkat di Bener Meriah, Faktornya Ekonomi, KDRT dan Judi Online

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved