Renggut Kesucian Anak Kandung
Kasus Ayah Nodai Anak Kandung di Gayo Lues, Ini Tanggapan Aktivis Perempuan
Kasus dugaan ayah menodai anak kandung di Kabupaten Gayo Lues mencuat ke publik pada 21 November 2025.
Penulis: Kiki Adelia | Editor: Sri Widya Rahma
Ringkasan Berita:
- Kasus dugaan ayah menodai anak kandung di Kabupaten Gayo Lues mencuat ke publik pada 21 November 2025 setelah korban berani melapor ke polisi.
- Aktivis perempuan Novita Sari menilai kasus ini sangat tercela, menimbulkan trauma mendalam, dan menunjukkan bahwa pelaku kekerasan seksual sering berasal dari lingkungan terdekat.
- Novita Sari menekankan pentingnya kembali pada nilai adat Gayo sebagai benteng moral.
Laporan Wartawan Tribun Gayo Kiki Adelia | Gayo Lues
TribunGayo.com, BLANGKEJEREN - Kasus dugaan ayah yang menodai anak kandung di Kabupaten Gayo Lues kembali memicu keprihatinan dan kemarahan publik, terutama para pegiat perempuan.
Kasus dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual yang dilakukan seorang ayah terhadap anak kandungnya di Kabupaten Gayo Lues akhirnya mencuat ke publik pada Jumat (21/11/2025), setelah bertahun-tahun tertutup.
Korban baru berani melaporkan tindakan bejat tersebut ke Polres Gayo Lues, sehingga kasus ini mulai diusut secara resmi.
Pelaku berinisial JN (47) telah ditangkap polisi pada Rabu (19/11/2025) sekitar pukul 23.00 WIB.
Berdasarkan hasil penyelidikan, tindakan tersebut bukan kejadian baru.
Korban diduga mulai menjadi sasaran sejak tahun 2016, ketika ia masih berusia sekitar 10 tahun dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Tindakan pelaku disebut terjadi berulang selama bertahun-tahun, dan terakhir kali pada Selasa (11/11/2025), saat korban sudah berusia 19 tahun.
Baca juga: Seorang Ayah di Gayo Lues Tega Renggut Kesucian Anak Kandung
Tanggapan Aktivis Perempuan
Aktivis Forum Masyarakat Bersatu, Novita Sari, menilai kasus kekerasan seksual yang dilakukan ayah terhadap anak kandung di Gayo Lues merupakan tindakan tercela yang meninggalkan luka psikologis mendalam bagi korban.
Ia menyebut kasus tersebut kembali menunjukkan bahwa pelaku kekerasan seksual kerap berasal dari lingkungan terdekat.
Novita menjelaskan bahwa tiga dari lima perempuan pernah mengalami pelecehan, dan sebagian besar dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan dekat dengan korban.
Menurutnya, pelaku seharusnya menjadi pelindung, namun justru berubah menjadi “monster” yang menghancurkan masa depan korban.
"Tiga dari lima perempuan kerap mengalami pelecehan, perbuatan ini merupakan kotor dan tercela dan menimbulkan trauma berkepanjangan terhadap korban," ungkap Novita Sari kepada TribunGayo.com melalui pesan WhatsApp pada Sabtu (22/11/2025).
Ia menambahkan, sebagai perempuan asal Gayo Lues, dirinya merasa sedih melihat kasus pelecehan dan kekerasan seksual kembali terjadi di tanah kelahirannya.
Nilai Adat Gayo Disebut Bisa Jadi Tameng Pencegahan
Menurut Novita, kekerasan terhadap perempuan sebenarnya dapat diminimalisir apabila masyarakat kembali menerapkan tiga nilai dasar adat Gayo yang telah diwariskan sejak lama, yaitu pantang, kemali dan sumang.
"Tiga hal sederhana, tapi kuat pengaruhnya. Ini bukan aturan kaku, bukan pula slogan kosong lebih seperti pagar batin yang pelan-pelan membentuk karakter sejak kecil," sambungnya.
Ia menyebut nilai-nilai tersebut bukan sekadar aturan adat, melainkan pondasi pembentukan karakter sejak usia dini.
1. Pantang: Batas Moral dari Hati
Nilai pantang diartikan sebagai dorongan batin untuk menghindari tindakan yang dapat menyakiti orang lain atau mencoreng nama baik keluarga dan kampung.
Kesadarannya muncul bukan karena takut hukuman, tetapi karena moral dan nurani.
"Ini semacam alarm dalam hati, yang bilang, 'Eh, jangan. Itu nggak baik'. Pantang membuat kita mikir dulu sebelum melakukan sesuatu yang bisa nyakitin orang lain, bikin malu diri sendiri, atau nyusahin kampung.
Bukan karena takut dihukum, tapi karena hati sendiri sudah menolak," kata Novita Sari.
Baca juga: Korban Pertama Kali Digagahi Ayah Kandung di Gubuk Kebun
2. Kemali: Keyakinan Bahwa Kejahatan akan Berbalik
Nilai kemali menanamkan prinsip bahwa setiap perbuatan buruk akan kembali pada pelakunya.
Dalam konteks kekerasan terhadap perempuan, kemali menjadi pengingat bahwa hidup memiliki konsekuensi moral.
"Orang Gayo percaya, kalau buat jahat, ya siap-siap aja kejahatan itu balik lagi. Prinsip ini bikin kita lebih bertanggung jawab sama setiap tindakan.
Apalagi dalam hal-hal sensitif seperti perlakuan buruk terhadap perempuan kemali jadi pengingat kuat bahwa hidup ini ada timbangannya," jelasnya.
3. Sumang: Rasa Malu yang Menjaga Martabat
Sumang dimaknai sebagai rasa malu yang sehat ketika seseorang hampir melanggar batas sosial, adat, dan syariat.
Nilai ini menjadi pengendali agar seseorang tidak melakukan perbuatan memalukan.
"Ini rasa malu yang sehat. Malu kalau lewat batas. Malu kalau bikin onar. Malu kalau langgar adat atau syariat.
Rasa malu inilah yang biasanya bikin orang otomatis ngerem. Bukan karena dipaksa, tapi karena nggak mau merusak nama baik diri sendiri dan keluarga," kata Novita.
Peran Sarak Opat Dinilai Krusial
Novita menegaskan bahwa nilai adat tidak dapat berjalan sendirinya tanpa dukungan peran Sarak Opat Reje, Petue, Imem, dan Rayat.
Mereka dinilai perlu aktif menyuarakan nilai adat melalui khutbah, musyawarah kampung, pertemuan adat, hingga ruang diskusi masyarakat.
Menurutnya, adat dan agama merupakan dua unsur yang harus berjalan seimbang dalam menjaga moral masyarakat.
"Tapi nilai-nilai ini nggak bisa jalan sendiri," pungkas Novita.
Adat berfungsi sebagai kontrol sosial, sementara agama memperkuat nilai spiritual.
Keduanya dianggap sebagai benteng yang mampu mencegah kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan.
Menjaga Martabat Kampung dan Masa Depan Perempuan
Ia menegaskan bahwa nilai budaya Gayo tidak hanya bertujuan melindungi perempuan, tetapi juga menjaga kehormatan kampung serta menciptakan lingkungan yang aman, manusiawi, dan bermartabat.
Ia berharap kasus di Gayo Lues menjadi pelajaran agar masyarakat lebih serius mencegah kekerasan seksual sejak dini melalui pendidikan karakter berbasis adat. (*)
(TribunGayo.com/Kiki Adelia)
Baca juga: Korban Diduga Diberi Nanas dan Minuman Bersoda oleh Sang Ayah agar Tidak Hamil
Multiangle
Eksklusif
ayah
kekerasan seksual
anak kandung
aktivis
Blangkejeren
Gayo Lues
TribunGayo.com
berita tribun gayo hari ini
Berita Gayo Lues Hari Ini
| Polres Gayo Lues Imbau Masyarakat Jangan Takut Melapor, Stop Nodai Anak |
|
|---|
| Polres Gayo Lues Tangani 2 Kasus Ayah Garap Anak Kandung, Begini Kronologinya |
|
|---|
| MIRIS, Selama 9 Tahun Seorang Ayah Tega Menodai Anak Kandung, Ini Tanggapan Psikolog |
|
|---|
| Ayah Nodai Anak Kandung, Dibawah Ancaman, Pelaku Selalu Minta Dilayani |
|
|---|
| Selam 9 Tahun, Pelaku Menodai Anak Kandung 2-3 Kali dalam Seminggu |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/Aktivis-Forum-Masyarakat-Bersatu-Novita-Sari.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.