Seni Gayo
Didong Jalu, Memiliki Beberapa Bagian dan Istilah, Berikut Penjelasannya
Panggung pertunjukan didong dibangun temporer pada tempat-tempat tertentu di ruang terbuka, seperti halaman sekolah, lapangan sepak bola, dan...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mawaddatul Husna
Mereka memainkan "tepok" sebagai pengiring puisi didong.
"Tepok" ini ada yang bersumber dari "tangan kosong" atau "tepok bantal" atau kanvas kecil seukuran telapak tangan.
Grup didong memainkan berbagai variasi "tepok" sehingga membuat suasana panggung didong makin meriah dan bergairah.
Baca juga: Ceh Lakiki Asal Gayo, Mengarang Didong Gayo Sambil Memejamkan Mata, Ama Ecek dari Penyair LK Ara
Ada yang disebut "tepok runcang, tingkah, tepok sara, tepok roa, tepok tulu," dan lain-lain sebagai bentuk variasi "tepok."
Para "penepok" juga membentuk gerak-gerakan tertentu secara serentak.
"Tepok" ini berfungsi sebagai ritme mengiringi puisi-puisi didong yang didendangkan oleh para ceh.
3. Sare
Sare, adalah atraksi variasi bunyi yang dibawakan secara koor sehingga mampu menghangatkan suasana dan diteruskan dengan puisi pendek yang terkadang sudah mulai memberi sindiran kepada kawan tanding.
Sare dikomando oleh Ceh dan diikuti oleh "penepok" atau "penunung" mengawali kegairahan berdidong.
4. Persalaman
Adalah lirik yang mengandung sapaan kepada penonton, tamu undangan dan lawan tanding.
Dalam didong ngerje, maka Ceh didong menyampaikan salam kepada tuan rumah dan menyebut satu per satu kepada tuan rumah.
Baca juga: Syair Sastra Gayo dan Peran Didong dalam Pembangunan di Bagian Tengah Aceh
Atau menyebut nama-nama panitia didongjalu serta orang-orang yang dianggap terhormat dalam satu perhelatan didong.
Orang yang disebut namanya, lalu bangkit memberikan "tips" dalam bentu lembaran uang dimasukkand alam kotak yang tersedia atau langsung kepada Ceh atau penyairnya.
5. Kisah