Sejarah Gayo
Catatan Veteran Gayo dari Medan Area (1): Karabein Mitraliur Yang Macet
Ada catatan harian pada peristiwa pelucutan senjata Jepang di Takengon, dan perjuangan merebut kemerdekaan di Aceh Tengah.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jafaruddin
Kami bersiap, tetapi akhirnya didapat kabar melalui pensiasat, bahwa pertempuran telah terjadi di Padang bulan, Jalan Antara, dan lain-lain.
Kami tak jadi berangkat.
Malamnya diperoleh kabar lagi, bahwa pihak kita telah bertempur melawan NICA, kita mendapat kabar dari pihak Jepang, banyak musuh yang mati dan ditawan.
Tanggal 25 Mei 1945 kira-kira jam 21.00 WIB pasukan kami dari Two Rivers sebanyak lebih kurang 100 orang menuju ke Medan untuk memberi bantuan.
Selebihnya di Kampung Baru, dapat keterangan dari pensiasat bahwa tidak ada lagi pertempuran sebab itu kami pulang ke Delitua jam 24 waktu Indonesia Barat.
Tanggal 26 Mei 19046, hari Minggu jam 06.00 pagi pasukan berangkat ke Kedai Durian atau Patok 8.
Di sana berjaga-jaga. Tak terjadi apa-apa, jam 15.00 kembali ke Two Rivers.
Malamnya didapat berita penting dari seorang kapten India Muslim, bahwa besoknya tanggal 27 Mei jam 3 pagi, pasukan Inggris akan bergerak.
Demikianlah pada tanggal 27 Mei 1945 jam 3 pagi, kira-kira 100 orang dari TKR Aceh Tengah dan tentara dari Teo Rivers berangkat menuju Sukaramai Medan.
Dari jalan raya, sekarang namanya Jalan Sisingamangaraja, menyimpang ke kanan. Jam 05.00 pagi tiba di tempat.
Kemudian datang lagi pasukan-pasukan dari tempat lain berkumpul di sana berjumlah 200 orang lebih.
Kemudian berserak ke segala arah dan stelling atau berjaga-jaga.
Pasukan dibagi dua.
Satu bagian ke daerah Bakaran Batu dan satu bagian lagi arah Jalan Tempel.
Tiba-tiba kedengaran letusan senapan mesin di sebelah utara.
Setelah pasukan maju kira-kira 300 meter, tiba-tiba nampaklah musuh dengan staind gun nya sejauh 50 meter di depan.
Kami langsung tiarap dan mulai menembak kemudian terjadilah pertempuran amat dahsyat.
Baca juga: Budayawan Gayo Dr Salman Yoga, Orang Gayo Rela Jalan Kaki Ratusan Kilometer Melawan Belanda
Musuh mempergunakan staind gun, senapan mesin, mortir dan meriam yang ditembakkan dari arah kota.
Pihak kita terus melakukan penembakan dengan alat-alat senjata yang ada yaitu senapan Karaben Mitraliur (KM), stanind gun dan mortir, kemudian mereka mendapat bantuan tank dan sebuah pesawat Dakota.
Pertempuran semakin sengit. Kami barisan depan terdesak karena satu-satunya Karabein Mitraliur (KM) yang dipegang oleh saudara Jafar JC dan Rulem macet.
Terpaksalah kami mengundurkan diri beberapa puluh meter sedangkan pemegang KM tak dapat mundur lagi karena jatuhnya peluru-peluru mortir musuh agak melewati kami.
Sementara itu tank tank mereka kedengaran bergemuruh sambil memuntahkan peluru-peluru mautnya.
Pesawat terbang mereka hanya sebagai pengintai untuk mengetahui kedudukan pihak kita dan terus saja berkeliling di medan pertempuran.
Kami berusaha untuk menghubungi teman-teman kami, tetapi tak mungkin, karena serangan mortir mereka amat dahsyat melewati kepala kami.
Saudara Jafar dan Rulem hampir saja tertawan, tetapi bersembunyi dalam lalang yang lebat.
Pasukan sayap kanan kita terus maju ke dalam kota Medan.
Pertempuran makin lama makin jauh ke arah kota, rupanya musuh mengundurkan diri. Kira-kira jam 14.00 kami merasa letih dan lapar untung kami mendapat tebu sekedar melepas haus.
Kemudian kami tiga orang maju kembali ke tempat semula dan kami dapati Jafar dan Rulem tertidur di dalam lalang.
Kami 5 orang mengundurkan diri ke front belakang.
Pejuang-pejuang yang sudah mendapat ransum maju lagi ke front untuk meneruskan pertempuran.
Di pihak kita turut tiga orang India muslim dan seorang Jepang bernama Muis.
Setelah makan kami terus ke selatan ke Gedung Hitam untuk berobat ke Palang Merah Indonesia.
Anggota Palang Merah Indonesia berkeliaran di bekas medan tempur mencari prajurit-prajurit yang terluka.
Jam 15 pertempuran usai.
Korban di pihak kita tiga orang luka dan satu orang PMI atau Palang Merah Indonesia gugur sebagai bunga bangsa sewaktu ia hendak menolong prajurit yang terluka.
Kemudian dapat perintah bahwa pada malamnya tak jadi kota Medan di gempur.
Oleh sebab itu kami pun pulang ke Two Rivers kembali, tiba jam 19.00 waktu Indonesia Barat.
Malamnya masih ada lagi pertempuran kecil di Medan.
Baca juga: Sosok Herois Gayo yang Ditakuti Kolonial Belanda, Tengku Tapa Bisa Menghilang
Pada malam tanggal 27 Mei itu terdengar berita bahwa sewaktu mengawal ada 50 orang prajurit India muslim melarikan diri berikut senjatanya ke camp pihak kita di front Timur di daerah Tembung.
Sejak itu seringkali terjadi pertempuran di pinggiran kota, bahwa pasukan kita sudah masuk sampai ke Istana Maimun, kolam renang dan Masjid Raya, kemudian mengundurkan diri lagi.
Satu kali tanggal 1 Juni 1946 pernah pasukan kami sebanyak 2 motor pergi ke Sungai Mati membawa bom seberat 50 kg untuk menghancurkan Istana Maimun yang menjadi sarang tentara gurkha.
Tetapi sebelum pasukan kami sampai ke sana didapat kabar dari pensiasat bahwa tak mungkin menggempur istana, karena pertahanan musuh sangat kuat dan rapi.
Semula direncanakan bom itu digendong oleh Bung Tawar yang sudah bersedia jibaku, tetapi untung rencana itu gagal.
Pada tanggal 2 Juni 1946 hari Senin jam 06.30 pagi terdengar letusan senapan mesin dan letusan meriam berturut-turut.
Kira-kira jam 08.00 pagi musuh dengan kekuatan lebih kurang 100 orang datang dari arah Gedung Johor.
Satu regu pasukan kita berjaga-jaga di jalan Kereta Api dengan satu buah KM dan beberapa bedil.
Sewaktu musuh melewati jembatan, mulailah kita melepaskan tembakan. tetapi sayang sekali KM-nya macet sebab si pemegang belum begitu mahir sebab si pemegangnya belum begitu mahir.
Terpaksalah mereka sebanyak 10 orang bertahan dengan senapan saja. Oleh karena tak tahan lagi mereka mengundurkan diri ke Titik Kuning.
Inggris itu terus menggerebek rumah penduduk, mencari makanan dan lain-lain sampai kepada ayam digondol mereka.
Korban di pihak kita dua orang syahid dan dua orang tertawan.
Yang syhid seorang mayatnya diantar oleh India muslim.
Bapak Nur seorang India muslim dapat juga melumpuhkan empat orang musuh dengan KM-nya.
Jam 9 barulah bantuan pasukan datang di Titi Kuning dan terus berjaga-jaga tetapi musuh sudah pulang.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/HM-Kasim-AMin.jpg)