Berita Nasional

Maestro Didong Ceh Udin Musara, Gusar dengan Didong Berbahasa Indonesia

maestro didong dari klop atau grup Musara Bintang, Ceh Kul H.Djamaludin Meri yang lebih dikenal deng Ceh Udin Musara.

|
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jafaruddin
For Tribungayo.com
 Ceh Udin Musara (nomor dua dari kiri) bersama generasi muda didong Gayo  

Laporan Fikar W Eda I Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA --- "Kembalikan didong ke asalnya. Jaga bahasanya.

Saya adalah orang yang menghormati dan memelihara bahasa Gayo.

Kalau Anda berada di tempat umum, mungkin tidak asing mendengar orang berbahasa Minang, Melayu, Aceh, bahasa Bugis dan sebagainya. 

Tapi berbahasa Gayo, rasanya belum umum. Karena itulah, maka wajib bahasa Gayo dipelihara dan dijaga."

Pesan ini disampaikan maestro didong dari klop atau grup Musara Bintang, Ceh Kul H.Djamaludin Meri yang lebih dikenal deng Ceh Udin Musara.

Ia menyampaikan pesan itu dalam percakapan dengan generasi muda didong dalam satu kesempatan di Taman Inen Mayak Teri Takengon, Aceh Tengah.

Baca juga: Pertunjukan Didong Jalu, Musara Bintang dan Siner Pagi Mude di Kampung Gelelungi Aceh Tengah

Ketika itu ada seniman generasi muda Gayo, Azzam Musara, Yus Oloh Guwel, Camat Celala Yusri, dan owner perusahaan angkutan Taradita Grup, dr Eddi Junaidi SpOG, SH, MKes.

Ceh Udin merasa risih apabila ada grup didong menggunakan bahasa Indonesia. 

"Saya sering diminta hadir jadi pengamat atau juri didong di Jakarta.

Kepada para ceh didong saya sampaikan agar tidak sekali-kali menggunakan bahasa Indonesia dalam didong jalu.

Saya akan kasih nilai merah kalau mereka masih gunakan bahasa Indonesia," kata Ceh Udin.

Ia mengatakan bahwa kesenian didong salah satu media merawat lestarinya bahasa Gayo. Bahasa adalah identitas budaya.

Hilang bahasa, hilang identitas budaya. Gayo akan hilang kalau bahasa Gayo tidak lagi digunakan.

Baca juga: Maestro Didong Udin Musara Penggemar Lagu India, Pernah jadi Nakhoda Kapal Motor

"Itulah sebabnya kita semua menjaga bahasa Gayo," pesan Ceh Udin yang hijrah ke Jakarta awal 1970-an.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved