Cahaya Aceh 

Disbudpar Aceh Lakukan Aksi Meuseuraya di Makam Tgk Chik Empee Trieng 

Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal berharap aksi meuseuraya makam ini dapat berkembang lebih banyak dan menjadi kebiasaan masyarakat Aceh.

For TribunGayo.com
Disbudpar Aceh melakukan aksi meuseuraya (gotong royong) di Makam Ulama Syekh Ismail al-Asyi, Desa Empee Trieng, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar, Jumat (3/2/2023). 

(Di antaranya) jika dilihat dari kaligrafi-kaligrafi yang ada di nisan-nisan, mungkin kalau negara-negara lain tahu bahwa kaligrafi sudah berkembang begitu luas di Aceh.

Maka negara-negara lain akan datang (ke Aceh) untuk melihat kaligrafi tersebut,” sebutnya. 

Sejarah Singkat Syekh Ismail al-Asyi

Syekh Ismail al-Asyi dikenal sebagai ulama dan penghimpun Kitab Lapan (Kitab Delapan) atau judul asli kitabnya Jam’u Jawami’ al-Mushannafat.

Kitab ini masih digunakan di seluruh lembaga pendidikan tradisional di Aceh dan beberapa lembaga agama di nusantara.

Kitab Lapan merupakan kumpulan delapan karangan karya ulama Aceh yang membahas tauhid, tasawuf dan etika.
 
Syekh Ismail juga disebut sebagai penghimpun dan editor Kitab Tajul Muluk (Tajul Mulok) yang di dalamnya juga rangkuman beberapa karya ulama Aceh. 

Baca juga: Disbudpar Aceh Gelar Pelatihan Pembuatan Even Tradisional, Diikuti 10 Desa Wisata di Sabang

Berdasarkan keterangan M Ridha Ramli (keturunan Syekh Ismail al-Asyi), beliau kembali (dari Mesir) ke Aceh dan berjuang bersama ulama dan pejuang melawan Belanda.

Periode tersebut disesuaikan dengan kepemimpinan ulama Aceh seperti Tgk Chik Di Tiro dan Tgk Chik Abbas Kutakarang.

Syekh Ismail meninggal dan dimakamkan di Gampong Empee Trieng, Mukim Biluy, Kecamatan Darul Kamal, Aceh Besar.

Oleh karena itu beliau dikenal Tgk Chik Empee Trieng, sebuah gelar yang dinisbah kepada daerah setempat yang umum digunakan oleh banyak para alim ulama tempo dulu dan zaman sekarang.

Baca juga: Diikuti Pelajar hingga Pegiat Seni, Disbudpar Aceh Menggelar Pelatihan Seni Rupa

Perjuangan Tgk Chik Empee Trieng dikenal luas oleh masyarakat pesisir Barat, terutama daerah Lamno sampai dengan Sampoinet, Aceh Jaya.

Setelah perjuangan sekitar 30 tahun, beliau kembali ke Empee Trieng untuk melanjutkan Dayah Rangkang Manyang dan menata kembali Masjid Tuha Indrapuri dan dayahnya. 

Sekitar tahun 1927, Tgk Chik Empee Trieng sakit dan berpulang ke Rahmatullah. Beliau dikebumikan di Gampong Empe Trieng.

Sedangkan Dayah Indrapuri terus berkembang dan menorehkan sejarah pada zamannya. (*) 

Update berita lainnya di TribunGayo.com dan Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved