Kisah Inspiratif
Kisah Alumni Fakultas Kedokteran USK: Ahli Jantung, Sopir Angkot, Dikejar Tentara & Profesor Termuda
Milad ke 41 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Syiah Kuala (USK) Minggu (2/12/2023) diisi talkshow bersama tiga nara sumber inspiratif alumni FK.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
TRIBUNGAYO.COM - Milad ke 41 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Minggu (2/12/2023) diisi talkshow bersama tiga nara sumber inspiratif alumni FK.
Mereka adalah ahli jantung dan ahli penyakit dalam Dr.dr. Muhammad Yamin, SpJP(K), SpPD, alumni angkatan '82.
Lalu dr Eddi Junaidi, SpOG,SH, MKes, pendiri dan Ketua Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin), angkatan '83.
Selanjutnya Dr. dr. Mahlil Ruby, M.Kes, alumni angkata '84, adalah Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Manajemen Risiko Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Berikutnya Prof Dr dr Dessy Rakhmawati Emril SpS(K), profesor termuda FK dalam bidang ilmu penyakit syaraf.
Keempatnya mengisahkan perjalanan kehidupan penuh perjuangan mencapai kesuksesan seperti saat ini.
Dokter M Yamin, adalah dokter ahli Jantung, Pembuluh Darah pada Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Setelah menyelesaikan pendidikan di FK USK, Dr.dr. Muhammad Yamin, SpJP(K), SpPD ke MK kemudian melanjutkan pendidikan dokter di Universitas Indonesia dan selesai pada tahun 1986.
Ia melanjutkan pendidikan spesialis jantung dan pembuluh darah di Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 1998.
Selanjutnya dr. Muhammad Yamin meraih gelar Doktor di Universitas Indonesia pada tahun 2012. Ia juga menjalani pendidikan spesialis penyakit dalam di UI, selesai 2021.
Baca juga: Kisah Pak Munir Aman Mul Asal Bener Meriah, Bermula dari "Tukang Doran"
Dokter Muhammad Yamin adalah dokter ahi jantung yang dihormati di Indonesia.
Ia juga menjadi tim kesehatan kepresidenan.
Ia menyampaikan ada tiga hal yang saling terkait dalam diri seseorang. Pertama kesempatan, kedua kemampuan dan ketiga keberpihakan takdir.
"Ketiga hal itu yang saya alami," kata dokter Yamin yang tampak sangat energik dan ceria.
Ia sempat menyapa dalam bahasa Gayo, "Hana keber," katanya seusai talkshow dan belum lama ini baru dari Takengon.
Perjalanan inspiratif lainnya dikisahkan dr Eddi Junaidi, SpOG,SH MKes.
Awalnya ia tak diperkenankan masuk kedokteran.
"Alasannya karena orang tua saya tidak punya biaya," kenang dr Eddi yang lahir di Takengon 1 Agustus 1965.
Tapi ia bertekad bulat, kuliah dijalankan sambil bekerja, sebagai sopir angkot, tukang parkir dan pekerjaan "keras" lainnya.
"Saya lama kuliah, karena harus bekerja," kenangnya.
Baca juga: Kisah Marsono Guru Wilayah Terpencil di Bener Meriah Raih Penghargaan GTK Tingkat Nasional 2023
Salah satu yang ia ingat adalah, rajin berkunjung ke instalasi UGD, di sana ada rekannya yang sedang "dimabuk asmara."
"Kesempatan itu saya gunakan mendapatkan makanan mereka yang sedang pacaran," katanya.
Dokter Eddi akhirnya menyelesaikan pendidikan dan melanjutkanya ke Universitas Padjadjaran Bandung setelah bekerja sebagai dokter PTT di Rumah Sakit Umum Takengon, Kepala Puskesmas Pegasing dan lain-lain.
Ia menceritakan saat bekerja di RS Budiasih Jakarta, ia dibayar 140 ribu pada 2006.
Tapi tak membuatnya berkecil hati.
Suatu ketika ia dijanjikan menjabat Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setelah berhasil menggalang pemenangan salah satu calon Ketua umum IDI.
Tapi janji tinggal janji. Ia merasa "terkucilkan."
Ia kemudian mendirikan Asosiasi Klinik Indonesia atau Asklin setelah beberapa kali ikut membahas berbagai rencana regulasi bidang kesehatan di kementerian kesehatan.
"Saya ikut menyasun peraturan menteri kesehatan tentang klinik," ujarnya.
Itulah yang membuatnya mendirikan klinik guna menjalankan Permenkes tersebut.
Baca juga: Kisah Jamal di Gayo Lues, Pemuda yang Memilih Meneruskan Usaha Bapak Tambal Ban
Saat ini Asklin sudah memiliki anggota 5000 klinik di seluruh Indonesia.
Lain lagi kisah Dr dr Mahlil Ruby, MKes.
Ia mengaku banyak mengalami "kecelakaan" dalam perjalanan kehidupannya.
Ia berangkat ke Jakarta untuk menyelamatkan diri dari kejaran aparat keamanan, sebab saat tugas sebagai dokter di Bireuen, ia pernah merawat seorang anggota gerakan Aceh merdeka yang terluka.
"Saya dicari oleh tentara, dan berangkat ke Jakarta," ujarnya.
Ia menyebutkan itu sebagai "kecelakaan kedua." Adapun "kecelakaan pertama" adalah ia masuk fakultas kedokteran.
Awalnya ia berhasrat masuk Angkatan Udara, tapi gagal dan diterima di fakultas kedokteran.
"Cita-cita saya angkatan udara, bukan dokter," ujarnya.
Mengenai jabatannya sebagai direktur di BPJS, ia menyebutnya sebagai "kecelakaan ketiga."
Sebab saat sudah di Jakarta ia ingin bekerja di luar negeri, salah satunya di Afrika.
Baca juga: Kisah Bripka Candra di Bener Meriah, Polisi yang Keseharian Merawat ODGJ tanpa Pamrih
"Tapi saya kemudian diangkat jadi direktur BPJS," kenangnya.
Mahlil diserahi tugas sebagai Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Manajemen Risiko Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Ia dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 19 Februari 2021 untuk masa jabatan lima tahun.
Mahlil Ruby adalah putra asli Bireuen.
"Jangan menyerah kalau tidak sesuai yang direncanakan. Jangan ratapi. Benahi diri secepatnya," pesan Mahlil Ruby.
Perjalanan penuh liku juga dialami Prof Dr dr Dessy Rakhmawati Emril SpS(K).
Ia memilih berkarir sebagai dosen di FK sesuai pesan orang tuanya agar tetap di Aceh.
Ia berasal dari Pekan Baru Riau.
Pesan ayahnya itu benar-benar dijalankan secara baik.
Ia menjalani pendidikan di FK selama 7 semester, ia terus mengambil 24 SKS.
Alasannya adalah untuk mendapatkan diskon 50 persen bagi mahasiswa yang memilik indeks prestasi komulatif di atas 3.
Baca juga: Kisah Deni Sopyan Pengusaha Furniture di Gayo Lues yang Tak Pernah Tersentuh Bantuan & Nyaris Tutup
Ia memilih menjadi dosen karena senang mengajar. Ia memilih sekolah terlebih dahulu sebelum bekerja.
Selama 20 tahun lebih bergelut dengan dunia pendidikan dan penelitian, Dessy R Emril telah berkontribusi banyak dalam ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Ia sosok penting di balik kelahiran pusat pendidikan dan pelatihan (fellowship) pain management (penatalaksanaan nyeri) di RSUZA Banda Aceh yang kemudian menjadi fellow pain management neurologi satu-satunya di Indonesia.
Dessy R Emril kembali menancapkan tonggak sejarah baru dalam hidupnya.
Di usianya yang relatif muda 44 tahun, pada 19 Agustus 2020, Dessy resmi menyandang gelar profesor.
Pengukuhan gelar akademik tertinggi itu berlangsung secara virtual karena pandemi covid-19, di Gedung ACC Dayan Dawood Unsyiah.
Pengukuhan dipimpin Rektor USK, ketika itu, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng.
"Seorang dokter tidak hanya bagus secara akademik, tapi juga mampu berorganisasi dan melayani pasien dengan baik," katanya menutup pembicaraan.
(Tribungayo.com/FikarWEda)
kisah inspiratif
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala
USK
ahli jantung
sopir angkot
dikejar tentara
Profesor Termuda
Muhammad Yamin
Eddi Junaidi
Mahlil Ruby
Dessy Rakhmawati Emril
milad
Banda Aceh
Aceh
berita tribun gayo hari ini
Sosok Khalimah, Seorang Ibu dan Guru Inspiratif di Bener Meriah |
![]() |
---|
Kisah Fadli di Aceh Tengah, Petani Kopi Gayo Raih Gelar Doktor dengan Nilai Cumlaude |
![]() |
---|
Sosok Mohammad Amin Usman, Putra Aceh Bangun Bengkel Pesawat Terbang |
![]() |
---|
Kisah Pemuda Cabe Asal Kalimantan Selatan, Berjualan Aksesoris hingga Blangkejeren Gayo Lues |
![]() |
---|
Kisah Siti Nurbaya di Gayo Lues, Penjual Keripik Oleh-oleh Khas Gayo yang Sangat Diminati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.