Kupi Senye
Kesadaran Moral dan Lingkungan: Jalan Baru untuk Aceh Tengah dan Bener Meriah
Pendidikan moral dan lingkungan berbasis nilai-nilai Islam menjadi elemen penting dalam membangun kesadaran sejak dini.
Oleh: Dr Joni MPd B I
Baik dan buruknya generasi di masa depan tergantung kepada didikasi generasi sekarang. Akhlak dan moral menggambarkan akal, pikiran dan hati si pemiliknya.
Tantangan sosial dan lingkungan yang terus meningkat di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah telah menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan masyarakat.
Kepada kepala pemerintahan yang baru terpilih, harapan kita bersama adalah agar tidak menyepelekan generasi saat ini.
Khususnya di lembaga pendidikan, karena mereka akan menentukan baik-buruknya generasi di masa depan.
Maraknya kasus kejahatan moral, seperti kekerasan seksual dan penyalahgunaan narkoba, serta kerusakan lingkungan akibat deforestasi dan aktivitas pertambangan ilegal, menjadi ancaman serius bagi masa depan daerah ini (BPS Aceh, 2024).
Laporan terbaru menunjukkan bahwa Bener Meriah mencatat angka kasus pencabulan anak di bawah umur tertinggi di Provinsi Aceh (Dinas Perlindungan Anak Aceh, 2024).
Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa kasus pemerkosaan terhadap anak terjadi di daerah ini, menggambarkan semakin parahnya degradasi moral di tengah masyarakat.
Selain itu, meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja memperparah kondisi sosial, menjauhkan mereka dari pendidikan dan mengarah pada perilaku kriminal lainnya (BNN Aceh, 2024).
Di sisi lain, bencana alam semakin sering terjadi akibat eksploitasi lingkungan yang tidak terkendali.
Lebih dari 1.500 hektare hutan di Aceh Tengah dan Bener Meriah telah hilang akibat aktivitas ilegal (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, 2024), menyebabkan meningkatnya risiko banjir bandang dan tanah longsor.
Awal tahun ini, beberapa desa di kedua wilayah ini mengalami longsor yang menelan korban jiwa serta menghancurkan pemukiman dan lahan pertanian (BPBD Aceh, 2024).
Penyebab utama dari bencana ini adalah penebangan liar, perluasan lahan pertanian tanpa perencanaan yang matang, serta kurangnya pengawasan terhadap aktivitas pertambangan ilegal.
Dalam menghadapi persoalan ini, pendekatan holistik berbasis pendidikan, penegakan hukum, serta peran aktif ulama dan masyarakat dianggap sebagai solusi terbaik.
Pendidikan moral dan lingkungan berbasis nilai-nilai Islam menjadi elemen penting dalam membangun kesadaran sejak dini.
Dengan memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah dan pengajian, diharapkan generasi muda lebih memahami pentingnya menjaga moralitas dan kelestarian alam (Kementerian Agama RI, 2024).
Metode pembelajaran seperti problem-based learning (PBL), role-playing, dan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isu sosial dan lingkungan (Kemendikbud, 2024).
Selain itu, pendekatan experiential learning dengan kegiatan di luar kelas, seperti penanaman pohon, program kebersihan lingkungan, dan kunjungan ke daerah terdampak bencana, dapat memberikan pengalaman nyata yang memperkuat kesadaran siswa.
Pengintegrasian kurikulum berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) juga memungkinkan pembelajaran interdisipliner yang menghubungkan aspek sains, teknologi, dan nilai-nilai agama dalam pemecahan masalah lingkungan (UNESCO, 2024).
Penegakan hukum yang tegas diperlukan untuk memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan, baik dalam kasus kriminal maupun perusakan lingkungan.
Sanksi yang jelas dan konsisten diyakini mampu menekan angka pelanggaran dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.
Tanpa tindakan hukum yang kuat, perusakan lingkungan dan kejahatan moral akan terus meningkat tanpa kendali (Kementerian Hukum dan HAM, 2024).
Peran ulama dan tokoh masyarakat juga sangat signifikan dalam mengawal moralitas dan kepedulian lingkungan.
Melalui dakwah dan kegiatan sosial, mereka dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam menerapkan nilai nilai agama yang mendukung kesejahteraan bersama.
Penguatan komunitas berbasis pendidikan juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan (MUI Aceh, 2024).
Pendidikan sepanjang hayat menjadi konsep utama dalam membangun masyarakat yang tangguh.
Pembelajaran berkelanjutan, baik melalui pelatihan keterampilan, workshop, maupun kursus daring, dapat membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan zaman.
Program pemberdayaan ekonomi berbasis lingkungan, seperti pertanian organik dan ekowisata, juga perlu dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada praktik ilegal yang merusak lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2024).
Jika solusi-solusi yang ditawarkan dalam teks ini tidak diterapkan, dampak jangka panjang yang lebih serius akan muncul.
Meningkatnya kasus kejahatan moral dapat mengikis struktur sosial dan menyebabkan degradasi nilai-nilai budaya yang telah lama dijunjung tinggi.
Selain itu, degradasi lingkungan yang tidak terkendali akan memperparah bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan perubahan iklim yang akan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat (BMKG, 2024).
Ketimpangan sosial dan ekonomi juga akan semakin melebar jika pemberdayaan ekonomi berkelanjutan tidak segera diterapkan, mengakibatkan peningkatan kemiskinan dan ketergantungan pada praktik ilegal.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen lainnya, Aceh Tengah dan Bener Meriah memiliki peluang besar untuk keluar dari krisis ini.
Dengan semangat gotong royong dan kesadaran yang tinggi, daerah ini bisa menjadi contoh bagi wilayah lain dalam membangun masa depan yang lebih baik, berbasis moralitas yang kuat dan kepedulian terhadap lingkungan.
Simpulannya, Aceh Tengah dan Bener Meriah menghadapi tantangan serius dalam degradasi moral dan lingkungan, yang ditandai dengan meningkatnya kasus kejahatan seksual, penyalahgunaan narkoba, serta perusakan hutan akibat pertambangan ilegal.
Kondisi ini memperparah risiko bencana alam dan merusak struktur sosial masyarakat.
Solusi utama untuk mengatasi masalah ini adalah pendekatan holistik yang mencakup pendidikan berbasis nilai Islam, penegakan hukum yang tegas, serta peran aktif ulama dan masyarakat dalam membangun kesadaran moral dan lingkungan.
Jika tidak segera ditangani, krisis ini akan berdampak lebih luas terhadap masa depan generasi mendatang.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen lainnya menjadi kunci untuk menciptakan
perubahan positif dan berkelanjutan.
Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Ketua Pusat Kajian Budaya dan Kebijakan Publik INISNU Temanggung, Jawa Tengah.
KUPI SENYE adalah rubrik opini pembaca TribunGayo.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Ketika Pengorbanan Orang Tua Diabaikan: Refleksi untuk Mahasiswa Masa Kini |
![]() |
---|
Tradisi Berguru di Masyarakat Gayo Sebagai Upaya Pencegahan Perceraian Sejak Dini |
![]() |
---|
Meneladani Akhlak Kepemimpinan Rasulullah, Baik di Rumah Tangga Maupun Ranah Publik |
![]() |
---|
TKA Menghitung Bulan dan Peran Orang Tua dalam Memilih Jurusan ke Perguruan Tinggi |
![]() |
---|
Kewajiban Muslim Terhadap Al-Qur’an |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.