Berita Aceh Hari Ini

Dari Toke Arang ke Toke Sapu Lidi, Kisah Perjalanan Bisnis Muhsin Said dari Bireuen

Di tengah panasnya tanah Bireuen yang kering dan berdebu, nama Muhsin Said muncul sebagai sosok yang tak pernah menyerah sebagai seorang pengusaha.

|
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
ISTIMEWA
PENGUSAHA ASAL BIREUEN - Di tengah panasnya tanah Bireuen yang kering dan berdebu, nama Muhsin Said (51 Tahun) muncul sebagai sosok yang tak pernah menyerah. Dulu dikenal sebagai “toke arang”, kini ia menjelma menjadi “toke sapu lidi”. Kisahnya bukan hanya tentang perubahan jenis usaha, tetapi juga tentang kegigihan, jejaring lintas daerah, dan insting bisnis yang tajam. 

“Saya belum pernah bertemu langsung sebelumnya, tapi beliau sambut seperti tamu kehormatan.

Dijemput di bandara, dibukakan pintu mobil, diantar ke hotel, bahkan diantar langsung sampai kamar,” kenang Muhsin.

Dari hubungan bisnis ini, Muhsin memasok sekitar 200 kontainer arang ke pabrik-pabrik Pak Aris, salah satu pengsuaha pemasukan arang ke berbagai pabrik briket di Pulau Jawa.

Kerjasama ini berlangsung selama tiga tahun. Namun, seperti yang ia katakan, “Bisnis arang sekarang sudah selesai, karena terpuruk akibat salah pengelolaan oleh orang terdekat saya," kata Muhsin Said.

Menyapu Jalan Baru

Tapi Muhsin bukan tipe yang berdiam diri. Di saat arang mulai redup, ia melihat peluang dari sesuatu yang dianggap remeh oleh banyak orang lidi kelapa.

Ia bertemu dengan seorang pengusaha asal Sragen, Jawa Tengah, melalui Facebook.

Tak hanya bertukar pesan, Muhsin mengundang rekannya itu datang ke Bireuen untuk memulai produksi sapu lidi. Dan dari situlah cerita baru dimulai.

Muhsin kini merintis usaha produksi sapu lidi yang bahannya diambil dari lidi kelapa kering.

Ia bahkan menjual produk-produknya secara door to door, menyusuri kota-kota kecil dari Aceh Tamiang hingga ke berbagai daerah lain.

“Alhamdulillah, pembeli mulai percaya,” katanya.

Perjalanan Muhsin Said bukan hanya tentang arang atau sapu lidi.

Ini adalah kisah tentang membaca peluang, berani mengambil risiko, dan membangun jaringan lintas budaya serta provinsi.

Dari Pak Riyad di Surabaya, ke Pak Aris yang menyambutnya penuh hormat, hingga ke mitra Facebook yang kini jadi rekan usaha.

Dari toke arang kini ia jadi toke sapu lidi. Dan siapa tahu, dari lidi akan muncul lagi jalan baru menuju bisnis yang lebih besar.

"Yang penting jangan berhenti bergerak," ujarnya mantap.

Halaman
123
Sumber: TribunGayo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved