Seni Gayo

Mengenal Beberapa Istilah dalam Seni Didong Gayo, Ada Sare dan Tep Onem

Penulis: Fikar W Eda
Editor: Khalidin Umar Barat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pertunjukan didong di acara pembukaan Desember Kopi Gayo 2023

Didong morom atau didong bersimaapen memuat permohonan maaf kepada lawan tanding, karena selama semalaman saling “menyerang dan menjatuhkan dengan puisi” yang mungkin saja menyinggung perasaan.

Puisi didong kaya dengan unsur-unsur efoni, kata yang didominasi dengan huruf hidup atau vokal, yang menyebabkan puisi didong terdengar merdu saat didendangkan.

Perihal efoni dijelaskan oleh Atmazaki (1993: 83), bahwa bunyi yang muncul dari sajak tidak selalu merdu dan menyenangkan.

Kadang-kadang bunyi tersebut justru parau, penuh dengan bunyi konsonan seperti k, p, t, s . Bunyi-bunyi yang merdu dan menyenangkan dapat melancarkan pengucapan.

Ia bersifat musikal. Bunyi-bunyi tersebut disebut efoni. Sedangkan bunyi-bunyi parau dan tidak menyenangkan serta tidak musikal disebut bunyi kakafoni.

Selanjutnya puisi didong juga memiliki pola rima tertentu yang terjaga dalam tiap puisi. Rima adalah persamaan bunyi akhir kata pada ujung larik atau tengah larik tiap puisi.(*)

Baca juga: Lirik Lagu Enge Beta Ini Karya Sali Gobal, Sang Maestro Didong Gayo

Baca juga: Seni Gayo, Seni Didong dalam Empat Periode, Awal Disebut Didong "Teka-Teki atau Berkal-akalen"

Baca juga: Prikogading Dinakhodai Tengku Irwansyah Siap Menggebrak Hari Didong 5 Agustus