Pentas Budaya
Guel, Kisah Sengeda, Bener Meriah dan Pengkhianatan Reje Linge XIV
Guel tahun ini masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards 2022 kategori atraksi budaya, bersama dengan Bur Telege kategori Dataran Tinggi
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Rizwan
Tabir pengkhiantan Reje Linge XIV mulai terkuak, ketika suatu waktu, Sengeda mimpi bertemu Bener Meriah, yang memberi petunjuk tentang adanya gajah putih dan cara menangkapnya.
Gajah tersebut kelak diberikan kepada Sultan Aceh sebagai hadiah untuk putri Sultan.
Dalam satu sidang tahunan di Kesultanan Aceh Darussalam, Cik Serule datang memenuhi undangan sebagai utusan Kerajaan Linge.
Baca juga: Tari Munalo dari Tanoh Gayo, Tarian Gayo untuk Menjemput Tamu Kehormatan pada Suatu Acara
Sengeda yang ia selamatkan, dibawa serta ke istana Sultan.
Pada saat sidang berlangsung, Sengeda sesuai petunjuk mimpinya mencoba menarik perhatian putri sultan dengan cara bermain-main di Balai Gading.
Di tempat itu Sengeda melukis seekor gajah putih di helai “neniyon” atau pelepah bambu kering.
Sengeda kemudian memainkan lukisan “neniyon” itu dengan memanfaatkan pancaran sinar matahari, sehingga terkesan lukisan gajah menjadi sangat hidup dan berwarna putih.
Putri sultan yang berada tak jauh dari tempat itu melihat pantulan “cahaya” gajah putih dan langsung menarik perhatiannya.
Ia pun mendekati Sengeda dan menayakan tentang binatang bertubuh besar dan berbelalai itu.
Sengeda kemudian menceritakan, bahwa lukisan yang ia buat adalah sosok gajah putih yang terdapat di hutan Kerajaan Linge.
Baca juga: Buka Festival Seni Budaya Gayo, Wabup Gayo Lues: Anak Laki Harus Bisa Tari Saman, Seberu Tari Bines
Ia bersedia menangkap dan menyerahkannya kepada putri, asalkan mendapat perintah dari Sultan.
Cik Serule sempat gusar saat Sultan memerintahkannya menangkap gajah putih tersebut.
Tapi Sengeda memberi jaminan, bahwa ia mampu menangkap sang gajah.
Sekembali ke Tanoh Linge, Sengeda mempersiapkan upacara penangkapan. Ia sendiri yang bertindak sebagai pawang.
Di sebuah kawasan hutan, Sengeda dan seluruh peserta upacara memainkan alat-alat bunyi yang mengeluarkan beragam bebunyian, mengiringi jangin (nyanyian), sampai akhirnya muncul sosok gajah berwan putih.