Berita Nasional

Buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" Ditulis Nezar Patria dengan Tangan Gemetar

Forum Jurnalis Aceh Jakarta (For-JAK) menggelar bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" karya Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jafaruddin
TribunGayo.com
Wamen Kominfo Nezar Patria membubuhkan tanda tangan pada buku karyanya, di Aula Lantai 2 Badan Penghubungan Pemerintah Aceh (BPPA), Jalan RP Soeroso, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023) 

Laporan Fikar W.Eda I Jakarta

TRIBUNGAYO.COM, JAKARTA - Forum Jurnalis Aceh Jakarta (For-JAK) menggelar bedah buku "Sejarah Mati di Kampung Kami" karya Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo).

Kegiatan berlangsung di Aula Lantai 2 Badan Penghubungan Pemerintah Aceh (BPPA), Jalan RP Soeroso, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (21/7/2023).

Buku ini berisi kumpulan tulisan Nezar Patria hasil liputan mendalamnya saat masih menjadi jurnalis dan sebagian lagi artikel opininya yang diunggah di akun media sosial pribadinya.

Kumpulan tulisan tersebut berkisah tentang peristiwa konflik Aceh, tsunami, cerita humanis tentang kehidupan sosial kemasyarakatan, hingga dinamika informasi di era digital. 

Kegiatan bedah buku hasil kerja sama For-JAK dengan BPPA, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk,

Baca juga: Tersangka Sepmor Ditangkap Tim Opsnal Polres Gayo Lues di Rumah Pacarnya Kutacane

PT Pegadaian (Persero), PT PLN (Persero), dan penerbit Tanda Baca ini, Nezar menceritakan tulisan paling berkesan dalam buku tersebut. 

"Sejarah Mati di Kampung Kami satu-satunya tulisan saya sebagai wartawan yang saya tulis dengan tangan gemetar," kata Nezar Patria yang juga Dewan Pembina For-JAK saat menceritakan tentang bukunya.

Didampingi sastrawan Bre Redana dan dosen komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Samiaji Bintang sebagai pembicara dalam acara tersebut,

Nezar menceritakan bahwa saat itu Aceh baru beberapa hari setelah gempa disusul tsunami yang meluluhlantakkan pesisir Aceh, Minggu 26 Desember 2004.

Nezar yang saat itu masih jurnalis TEMPO ditugaskan oleh medianya untuk pulang kampung sekaligus meliput langsung ke Aceh.    

Baca juga: Pj Gubernur Aceh Ucapkan HUT Ke 1 TribunGayo: Semoga Jadi Media Online Terbesar Aktual & Terpercaya

Kampung Mulia di Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh yang merupakan kampung halaman Nezar seperti kampung mati.

Jalan ke rumah orangtua Nezar tak bisa diakses karena jalan  tertutup tumpukan sampah tsunami. 

Untuk sampai ke rumah masa kecilnya itu, dia harus menggunakan jalan memutar. 

Setiba di rumahnya, Nezar menyaksikan tempat tumbuh besar sudah luluh lantak.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved