Seni Gayo
Mengenal Beberapa Istilah dalam Seni Didong Gayo, Ada Sare dan Tep Onem
Didong berlangsung semalam suntuk, menampilkan dua grup didong. Pertunjukan didong menggunakan panggung berbentuk arena.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Khalidin Umar Barat
Didong morom atau didong bersimaapen memuat permohonan maaf kepada lawan tanding, karena selama semalaman saling “menyerang dan menjatuhkan dengan puisi” yang mungkin saja menyinggung perasaan.
Puisi didong kaya dengan unsur-unsur efoni, kata yang didominasi dengan huruf hidup atau vokal, yang menyebabkan puisi didong terdengar merdu saat didendangkan.
Perihal efoni dijelaskan oleh Atmazaki (1993: 83), bahwa bunyi yang muncul dari sajak tidak selalu merdu dan menyenangkan.
Kadang-kadang bunyi tersebut justru parau, penuh dengan bunyi konsonan seperti k, p, t, s . Bunyi-bunyi yang merdu dan menyenangkan dapat melancarkan pengucapan.
Ia bersifat musikal. Bunyi-bunyi tersebut disebut efoni. Sedangkan bunyi-bunyi parau dan tidak menyenangkan serta tidak musikal disebut bunyi kakafoni.
Selanjutnya puisi didong juga memiliki pola rima tertentu yang terjaga dalam tiap puisi. Rima adalah persamaan bunyi akhir kata pada ujung larik atau tengah larik tiap puisi.(*)
Baca juga: Lirik Lagu Enge Beta Ini Karya Sali Gobal, Sang Maestro Didong Gayo
Baca juga: Seni Gayo, Seni Didong dalam Empat Periode, Awal Disebut Didong "Teka-Teki atau Berkal-akalen"
Baca juga: Prikogading Dinakhodai Tengku Irwansyah Siap Menggebrak Hari Didong 5 Agustus
Seni Gayo, Wajah Gayo dalam Puisi Indonesia, Diperkenalkan Banyak Seniman |
![]() |
---|
Empat Grup Seni Gayo Ini Ternyata Pernah Berdidong Jalu di Gedung MPR/DPR Senayan Jakarta |
![]() |
---|
Seni Gayo, Seni Didong dalam Empat Periode, Awal Disebut Didong "Teka-Teki atau Berkal-akalen" |
![]() |
---|
Seni Gayo, Peristiwa Langka, Ceh Kabri Wali Berdidong dalam Bus Trans Jakarta Melawan Singkite |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.