Berita Nasional

Didong dalam Trans Jakarta: Pertunjukan Didong Jalu Pertama di Ibukota

Penulis: Fikar W Eda
Editor: Jafaruddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Difasilitasi Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid, diselenggarakan Didong Jalu antara Teruna Jaya dengan Kemara Bujang di Gedung MPR RI pada 2013. Nama acaranya Didong Senayan. Itulah pertama sekali didong semalam suntuk di gedung wakil rakyat. 

Tempat Pasar Seni Ancol, Jakarta. Selanjutnya  7  Juni 2008 grup Kabupaten Bener Meriah bertanding dengan grup  Aceh Tengah di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah.

Baca juga: Ibukota Heboh, Pertunjukan Didong Jalu dalam Trans Jakarta

Tahun berikutnya, 17 Oktober 2009, Bener Meriah vs Aceh Tengah di Galeri Nasional Jakarta dan lain-lain.

Satu dari banyak ragam seni Gayo yang paling menonjol dan populer dalam masyarakat Gayo adalah didong.

Kesenian didong oleh M.Junus Melalatoa (1982:140) dinyatakan sebagai kesenian yang memadukan seni sastra (puisi), seni vokal, dan seni tari.

Seniman didong melalui puisinya banyak memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sejarah daerahnya dan nasional, tentang revolusi fisik, tentang Pancasila dan lain-lain.

Didong meski secara harfiah belum begitu jelas artinya, namun Junus Melalatoa  menduga  ada kaitannya dengan pengertian beberapa kosa kata Gayo  seperti denang atau donang yang maknanya sama dengan ”dendang” dalam bahasa Indonesia.

Artinya, puisi-puisi didong dibawakan dengan cara mendendangkannya dalam suatu pertunjukan didong.

Penyair didong, Sali Gobal dalam salah satu syairnya berjudul ”Didong” (dalam M Junus Melalatoa 2001: 9) menyatakan didong adalah seni ni urang Gayo, atau seninya orang Gayo.

Baca juga: Dandim Bersama Kajari dan Mahkamah Syariah Gayo Lues Bawa Kado Spesial ke Mapolres di Blangsere

Pertunjukan didong berlangsung semalam suntuk, mempertandingkan dua grup (klop). Masing-masing grup terdiri dari pria dewasa berjumlah 20 sampai 30 orang.

Tiap grup terdapat tiga pasang ceh, yaitu figur yang tampil sebagai pendendang  puisi, dan pengarang puisi.  Para ceh ini memiliki suara merdu atau ling temas.

Pasangan ceh pertama disebut ceh utama selanjutnya pasangan berikut disebut ceh due dan ceh tige.

Masing-masing ceh berusaha menjatuhkan grup lawan dengan cara membuat puisi yang berisi sindiran, atau puisi yang menjawab teka teki.

M Junus Melalatoa menyebut ceh itu sebagai aktor utama dalam pertunjukan didong, karena dialah yang mengendalikan pertunjukan dengan menciptakan gerak dan variasi bunyi tertentu untuk memberi semangat kepada grup.

Puisi-puisi didong didendangkan dengan iringan tepuk tangan atau tepukan kanvas kecil seukuran telapak tangan  oleh para pendukung didong dalam satu pentas pertunjukan.

Didong dipertunjukan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti pesta perkawinan, selepas panen atau perayaan hari-hari penting, perayaan hari kemerdekaan dan sebagainya.

Baca juga: Didong Jalu dalam Trans Jakarta: Kedatangan Urbanis Gayo di Ibukota Negara

Halaman
1234