Laporan Romadani | Aceh Tengah
TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Kasus penipuan investasi online yang menimpa BR, warga Aceh Tengah, membuka mata publik bahwa kejahatan digital kini dapat menyasar siapa saja.
Kasus yang menimpa BR begitu memperhatikan. Bahkan, ia kehilangan Rp 553 juta usai ikut investasi berkedok aplikasi "klub romantis", ia mengaku dijanjikan uangnya akan digandakan oleh pelaku.
Ahli Digital dari Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Gufran Ibnu Yasa MT bersama Presenter TribunGayo.com Intan Mutia, membahas tuntas kasus penipuan investasi online yang menimpa BR, warga Aceh Tengah, dalam program Saksi Kata di Chanel Youtube Tribun Gayo, pada Selasa (5/8/2025).
Gufran Ibnu Yasa MT, menyampaikan secara pribadi ia kerap mendampingi masyarakat yang bermasalah seperti kasus RB di Aceh Tengah.
Secara psikologis pelaku memang menyasar orang-orang yang telah menjadi targetnya, dan targetnya tersebut kebanyakan orang tua, yang akan atau telah masuk usia pensiun.
"Selain usia pensiun, lokasi target juga tersebut jauh dari pusat informasi," jelasnya.
Namun, secara teknis, orang yang kerap dijadikan target adalah orang yang belum menguasai terhadap aktivitas dunia maya atau sosial medianya.
"Maka kuasai aktivitas sosial media, contohny mengganti pasword secara rutin, ini pengetahuan dasar," jelas Gufran
Gufran menerangkan, salah satu kasus penipuan kerap terjadi adalah menggunakan tautan undangan pernikahan menggunakan aplikasi.
"Banyak yang tidak tahu akhirnya di klik dan menjadi musibah. Seperti hal nya aplikasi Pinjol, maka harus orang ilmu hitung-hitungan nya bagus yang bisa menggunakan ini. Karena jika tidak, tiba-tiba hutangnya sudah ratusam juta. Artinya ini perlu ada kemampuan dasar untuk menguasai dunia maya," katanya.
Ahli Digital Kampus Islam Negeri ini juga mengatakan kasus di Aceh Tengah, diamana posisi korban dalam keadaan terjebak.
Investasi bodong biasanya menjebak dengan beberapa cara, seperti dengan video call tanpa busana dan berakhir di pemerasan.
"Namaun, ada pula, seperti hal nya kita masukan satu kaleng akhirnya keluar dua kaleng, kita masukkan dua kaleng akhirnya keluar empat kaleng, saat kita masukan semua kaleng dia gak keluar lagi," jelas Gufran.
Maka, kata Gufran, kasus sperti ini murni karena psikologis bukan kesalahan digital karena tidak ada pasword yang dicuri sehingga ini faktor keuangan menjadi penentu.