Berita Gayo

Jejak Senyap Rebeb Dihidupkan Kembali Lewat Film Dokumenter BPK Wilayah I Aceh dan Muazin Mudereje

Rebeb, alat musik gesek tradisional Gayo yang hampir punah, dihidupkan kembali lewat film dokumenter.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
ISTIMEWA
REBEB - Foto diri Muazin Mudereje memainkan alat musik rebeb yang ia ciptakan kembali. Rebeb alat musik gesek khas masyarakat Gayo kini hidup kembali dalam sebuah dokumentasi film, hasil kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh dan seniman muda Muazin Mudereje. 

Ringkasan Berita:
  • Rebeb, alat musik gesek tradisional Gayo yang hampir punah, dihidupkan kembali lewat film dokumenter.
  • Dokumenter ini merupakan kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh dan seniman muda Muazin Mudereje.
  • Muazin Mudereje dikenal sebagai penggerak utama revitalisasi rebeb dan tokoh penting dalam upaya menjadikannya WBTb Aceh Tengah.

Laporan Wartawan Tribun Gayo W Eda | Aceh Tengah

TribunGayo.com, TAKENGON - Di balik sebuah alat musik tradisional yang kian jarang terdengar, tersimpan kisah panjang tentang ketekunan, ketelitian, dan cinta terhadap budaya.

Rebeb alat musik gesek khas masyarakat Gayo kini hidup kembali dalam sebuah dokumentasi film, hasil kolaborasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh dan seniman muda Muazin Mudereje.

Film ini bukan sekadar rekaman visual. Ia adalah jembatan emosional antara masa lalu dan masa kini, menuntun penonton menyusuri proses kreatif dan kearifan lokal yang melahirkan sebuah rebeb.

Dimulai dari hutan, tempat kayu nangka dipilih dan ditebang secara hati-hati, hingga bengkel sederhana tempat para perajin membentuk, melubangi, menghaluskan, dan merakit setiap bagian rebeb dengan ketelitian yang lahir dari pengalaman panjang.

Pembuatan dokumenter ini berlangsung sejak awal September sampai awal November 2025

Dua bulan yang dipadati dengan kerja-kerja sunyi para perajin, yang lewat dokumenter ini, akhirnya dapat disaksikan oleh publik luas.

Dalam dokumenter tersebut, momen-momen intim proses pembuatan rebeb dipertontonkan: tangan-tangan yang mengikis permukaan kayu, dentingan halus alat pahat, hingga kilau sederhana tulang atas yang dibentuk untuk menghasilkan nada-nada khasnya.

Baca juga: Muazin Mudereje Hidupkan Kembali "Rebeb" Alat Musik Gayo yang Punah

Semua proses itu tidak hanya menampilkan keahlian, tetapi juga filosofi tentang kesabaran dan ketulusan dalam merawat warisan budaya.

Kehadiran Ceh Didong legendaris, Mahlil Winar, memberikan dimensi yang lebih mendalam.

Saat ia berkolaborasi dengan Muazin memainkan rebeb yang baru selesai dibuat, film ini berubah menjadi ruang perjumpaan antargenerasi.

Suara rebeb yang lirih namun berwibawa menjadi pengingat bahwa tradisi adalah sesuatu yang bernyawa dan ia hanya akan terus hidup jika diwariskan.

“Tujuan utama kami adalah membuat rebeb kembali dikenal dan dicintai,” ujar Muazin kepada TribunGayo.com, Rabu (19/11/2025). 

Baginya, dokumentasi ini adalah bentuk perlawanan terhadap kepunahan alat musik tradisional.

Ia ingin anak-anak muda menyadari bahwa mereka memiliki harta budaya yang kaya, yang hanya menunggu untuk dihidupkan kembali melalui tangan-tangan baru.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved