Prof TA Sanny, Sebut Monas Atas Aceh Bawah Aceh
Adalah Prof Teuku Abdullah Sanny salah seorang sosok di balik pengerjaan trase kereta api cepat tersebut. Ia adalah ilmuan di bidang kebumian.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Khalidin Umar Barat
T. A. Sanny mendapatkan gelar doktor-nya pada tahun 1995 dari Kyoto University, Jepang.
Sebagai peneliti, T. A. Sanny telah terlibat dalam berbagai proyek penelitian di antaranya yaitu penelitian Aplikasi Teknologi Seismik Anisotropi untuk Karakterisasi Reservoir pada tahun 2007
dan Pengembangan Open Source Bidang Geofisika-Seismik untuk Pengembangan Teknologi Eksplorasi Hidrokarbon di Indonesia pada tahun 2008. Selain itu, ia juga terlibat dalam pengembangan open source bidang geofisika-seismik
untuk pengembangan teknologi eksplorasi hidrokarbon di Indonesia (2009), Inovasi Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan Metode Alternatif non Seismik, Elektromagnetik (2016),
dan Riset Inovatif Produktif (RISPRO) Terkait Pembuatan Perangkat 3D Surface - BoreholeTomografi Induced Polarization & Resistivity dan Magnetotelurik untuk Karakterisasi Reservoar Energi Terbarukan Geothermal (2019).
Pada tahun 2009, T. A. Sanny menerima penghargaan sebagai Inovator Paling Prospektif yang diberikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi RI
atas karya inovasinya yaitu Visualisasi 3D Stereografi Struktur Tanah untuk Rekonstruksi, Pemantauan, dan Antisipasi Bencana Terowongan Bawah Tanah.
Selain itu, T. A. Sanny juga berhasil mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk alat pengukuran sifat kelistrikan tanah di lahan pertanian secara geofisika (2018). HKI merupakan hak eksklusif yang diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya citanya.
Ia mengaku saat ini sedang mengerjakan proyek lainnya di Jakarta. Tepatnya di kawasan Monumen Nasional (Monas).
"Kami sedang menggali di bawah Monas untuk satu proyek transportasi," katanya.
"Pokoknya di atas Monas orang Aceh dan di bawah Monas juga Aceh," sambungnya sambil tertawa lebar.
Monas adalah monumen kebanggaan Indonesia dibangun di era Soekarno. Sebagian emas, 28,3 Kg emas yang berada di puncak Monas adalah sumbangan dari pengusaha Aceh Teuku Markam.
"Saya datang membangun bawah Monas. Atas Aceh, bawah Aceh," sambungnya lagi.
TA Sanny juga menyatakan kesediaannya hadir di Jantho Aceh Besar untuk kegiatan Kongres Peradaban Aceh II (KPA II) yang diselenggarakan ISBI Aceh.
"Aceh Besar kan kampung saya," kata Prof TA Sanny. Saat ini Prof TA Sanny menjabat sebagai dewan pakar di Diaspora Global Aceh (DGA) yang diketuai Dr Mustafa Abubakar. Ia memang aktif dalam aktivitas kemasyarakatan Aceh. (*)
Baca juga: Mantan Pj Gubernur Aceh Mustafa Abubakar Serahkan Tiga Buku kepada Perpustakaan ISBI Aceh
Baca juga: Rektor ISBI Aceh Temui Ketua Diaspora Aceh Global Sampaikan Rencana Kongres Peradaban Aceh
| Anak Stunting Dapat Paket Sembako Gratis Saat Tim Wasev Mabes TNI Kunjungi TMMD Bener Meriah |
|
|---|
| Pancaroba Picu Lonjakan Pasien di RSUD Datu Beru Takengon, Mayoritas Anak-anak |
|
|---|
| Kamar Rawat Inap RSUD Datu Beru Takengon Penuh, Lonjakan Pasien Akibat Pancaroba |
|
|---|
| BMKG Prediksi Cuaca Aceh: Lhokseumawe, Langsa dan Meulaboh Berawan Besok 31 Oktober 2025 |
|
|---|
| Anggota DPR RI Irmawan Janjikan 2026 Bedah 1.000 Rumah di Aceh Tenggara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/Prof-TA-Sanny-kiri-dan-seniman-rupa-Indonesia-AD-Pirous.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.