Sejarah Transmigrasi di Aceh Tengah

Menelusuri Jejak Sejarah Transmigrasi di Kabupaten Aceh Tengah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JEJAK SEJARAH TRANSMIGRASI - Wawancara eksklusif Ahmad Dardiri di kediamannya dengan wartawan TribunGayo.com, di Jagong Jeget, Aceh Tengah, Senin (28/7/2025). Dardiri mengenang perjalanan keluarganya dari Jawa ke Tanoh Gayo serta lika-liku hidup sebagai pionir di tanah baru.

Laporan Alga Mahate Ara | Aceh Tengah

TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Pada awal 1980-an, pemerintah Indonesia menggencarkan program pemindahan penduduk atau transmigrasi ke berbagai daerah luar Jawa.

Tujuannya bukan hanya untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa.

Tapi juga membuka pusat-pusat pertanian baru, mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal, sekaligus memperkuat integrasi nasional.

Program ini dijalankan secara besar-besaran di masa pemerintahan Presiden Soeharto dan difasilitasi penuh oleh negara mulai penyediaan rumah, lahan, jaminan hidup, hingga layanan dasar.

Salah satu daerah yang menjadi tujuan adalah Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Kawasan yang kini dikenal sebagai Kecamatan Jagong Jeget, Aceh Tengah dulunya hanyalah hutan belantara yang belum tersentuh pembangunan.

Namun, melalui semangat para transmigran dari berbagai daerah di Pulau Jawa.

Kawasan itu tumbuh menjadi desa definitif yang kini berdiri dengan fasilitas pendidikan, pusat ekonomi rakyat, serta harmoni sosial yang kuat.

Salah satu saksi sejarah dan pelaku utama dalam proses itu adalah Ahmad Dardiri (55) warga Kampung Jagong Jeget, generasi kedua transmigran dari Cilacap, Jawa Tengah.

Dalam sebuah wawancara panjang bersama TribunGayo.com, Dardiri mengenang perjalanan keluarganya dari Jawa ke Tanoh Gayo serta lika-liku hidup sebagai pionir di tanah baru.

Tak mudah meninggalkan tanah kelahiran dan memulai hidup baru di tempat asing.

Namun itulah keputusan besar yang diambil keluarga Dardiri pada tahun 1982.

Mereka berasal dari Desa Salebu, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, dan termasuk dalam rombongan gelombang pertama transmigrasi yang datang ke Aceh Tengah.

“Waktu itu yang ikut ada lima anak dan orang tua, ibu dan bapak saya,” katanya membuka kisah.

Halaman
1234