Berita Aceh Tengah Hari Ini

Buntul Kubu: Jejak Sejarah Didong dan Hadiah Tape Recorder untuk Maestro Ceh Daud Kalampan

Kini, Buntul Kubu jadi Kantor Satpol PP Aceh Tengah, juga sebagai saksi bisu peristiwa penting dalam perjalanan seorang maestro didong.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mawaddatul Husna
FOTO IST
DIDONG GAYO - Maestro didong Gayo, Ceh Daud Kalampan (kiri) bersama seniman Bali, Yoyok Harness. Dalam Kongres Peradaban Aceh yang digelar di Banda Aceh, Ceh Daud menerima Pin Emas Peradaban seberat 10 gram dari Ketua Kongres, Ahmad Farhan Hamid. 

Laporan Fikar W Eda | Aceh Tengah

TRIBUNGAYO.COM, TAKENGON - Sebuah potongan sejarah seni tutur Gayo kembali mengemuka dari Buntul Kubu, Takengon.

Maestro didong Gayo, Ceh Daud Kalampan, mengungkap kisah bersejarah saat pertama kali tampil berdidong.

Yaitu dihadapan publik pada tahun 1971 dan menerima sebuah tape recorder dari Bupati Aceh Tengah saat itu, H Nurdin Sufie.

Dalam perbincangan hangat di kediamannya di Belang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Minggu, 7 Mei 2023.

Ceh Daud mengenang momen bersejarah tersebut.

Saat itu, ia diundang untuk tampil membawakan karya didong ciptaannya berjudul Inen Mayak Pangan Kule dalam sebuah pertunjukan di Buntul Kubu.

Didong itu bercerita tentang kisah nyata yang tragis, di mana perempuan yang dinikahinya menjadi korban keganasan harimau.

"Saya melihat ibu bupati menyeka air mata saat saya lantunkan didong itu," ujar Ceh Daud dengan mata berkaca-kaca.

Penampilannya yang penuh emosi dan kekuatan tutur tersebut menggugah seluruh hadirin, termasuk Bupati Nurdin Sufie, yang secara simbolis menyerahkan hadiah sebuah tape recorder.

“Bupati memberikan hadiah tape recorder ini atas didong Inen Mayak Pangan Kule,” kenang Ceh Daud.

Tape recorder tersebut hingga kini masih terpajang di dinding rumahnya yang terbuat dari papan kayu, menjadi bukti bisu sejarah perjalanan seni tutur Gayo.

Selain tape recorder, Ceh Daud juga menerima hadiah sepeda dari pemilik toko elektronik di Takengon.

“Wah bangganya luar biasa. Saya bawa sepeda dan tape recorder pulang ke Kalampan,” katanya dalam bahasa Gayo.

Dan menggambarkan betapa langka dan berharganya hadiah itu bagi dirinya dan seniman pada masa itu.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved