Seni Gayo
Empat Grup Seni Gayo Ini Ternyata Pernah Berdidong Jalu di Gedung MPR/DPR Senayan Jakarta
Penyelenggaraan “Didong Senayan dan Pameran Kopi Gayo” itu merupakan rangkaian sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Khalidin Umar Barat
Puisi didong didendangkan dalam bahasa Indonesia, selain bahasa aslinya Gayo. Ini dimaksudkan agar kesenian tersebut bisa dinikmati masyarakat luas, tanpa meninggalkan ciri khas didong itu sendiri, seperti pola rima, melodi dan lain-lain.
Didong malam itu mengemban misi mulia, dalam rangka sosialisasi empat pilar kebangsaan, UUD 45, Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sesungguhnya tema-tema kebangsaan seperti ini bukan sesuatu yang asing, karena sejak lama didong memiliki fungsi kontrol sosial, pencerahan, menggalang semangat kebersamaan, pesan pembangunan dan-lain-lain.
Dulu didong dimanfaatkan untuk membangun fasilitas umum seperti sekolah, jalan, rumah ibadah dan lain-lain.
Begitulah hakikat berkesenian bagi masyarakat Gayo, di samping menyenangkan diri sendiri, juga menghibur orang lain dan memberi pencerahan.
Ketua MPR Farhan Hamid, ketika itu, mengatakan tidak banyak lagi kesenian di Indonesia yang bertahan sampai pagi. Diantara yang sedikit itu, adalah wayang di Jawa dan didong di Tanah Gayo, Aceh.
“ Karena itu sepantasnya kita terus merawat kesenian ini sebagai bagian dari identitas keberagaman kebudayaan kita, Bhinneka Tunggal Ika.
Di bentang tikar keberagaman itulah kita berdiri saling membahu mencapai masa depan yang lebih maju, beradab, makmur dan sejahtera lahir batin,” kata Farhan Hamid.
Penyelenggaraan “Didong Senayan dan Pameran Kopi Gayo” itu merupakan rangkaian sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Farhan Hamid menyebutkan pentingnya MPR menampung khasanah budaya daerah sebagai bagian dari penghargaan terhadap kebhinekaan Indonesia. “Saya mengusulkan, ke depan MPR mengagendakan acara seperti ini tiap tahun,” sebutnya.(*)
Baca juga: Prikogading Dinakhodai Tengku Irwansyah Siap Menggebrak Hari Didong 5 Agustus
Baca juga: Seni Gayo, Seni Didong dalam Empat Periode, Awal Disebut Didong "Teka-Teki atau Berkal-akalen"
Baca juga: Otih Roda, Salah Satu Didong dari Grup Didong Lakiki, Diaransir Jadi Lagu
| Keberadaan Aksara Gayo Masih Perlu Bukti Ilmiah |
|
|---|
| Sanggar Pegayon Hidupkan Kembali Seni Tradisi Gayo Lewat "Donang Banan" dan "Tepok Runcang" |
|
|---|
| Seni Gayo, Wajah Gayo dalam Puisi Indonesia, Diperkenalkan Banyak Seniman |
|
|---|
| Mengenal Beberapa Istilah dalam Seni Didong Gayo, Ada Sare dan Tep Onem |
|
|---|
| Seni Gayo, Seni Didong dalam Empat Periode, Awal Disebut Didong "Teka-Teki atau Berkal-akalen" |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/gayo/foto/bank/originals/Grup-ini-pernah-berdidong-di-Senayan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.