GOS TAKENGON BERALIH FUNGSI
40 Tahun Berdiri, GOS Takengon Tetap Seperti Awal Dibangun
Seorang seniman Tanah Gayo yang pernah tampil di GOS Takengon sekitar tahun 1980an menyampaikan bahwa kondisi GOS saat ini belum berubah sejak dulu.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Sri Widya Rahma
Kami juga menggagas Festival Teater Sekolah se-Aceh Tengah, dan diminta membina kelompok-kelompok teater sekolah yang akan ikut serta dalam festival tersebut.
Di tengah semangat teater, saya juga mendalami sastra, khususnya puisi, di bawah bimbingan Bang Sjaiful Hadi JL, wartawan dan penyair asal Medan yang berdinas di Takengon.
GOS, pada masa itu adalah satu-satunya gedung seni yang di bangun pemerintahan Orde Baru di tingkat kabupaten.
Aceh Tengah saat itu dipimpin Bupati HM Beni Bantacut. Kehadiran GOS di Takengon berkat lobi sang bupati dengan pemerintah Pusat. Kini begitu ceritanya.
Aktivitas kesenian saya tidak berhenti di Takengon. Ketika pindah ke Banda Aceh untuk melanjutkan kuliah di Unsyiah, saya bergabung dengan Teater Mata, kelompok teater yang dipimpin oleh Maskirbi (almarhum), yang wafat dalam bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.
Saya juga bergabung dengan Teater Mitra Kencan, pimpinan almarhum Pungi Arianto Toweren, sahabat saya semasa aktif di Teater Arimulo Takengon.
Saat itu, Pungi sudah bekerja di Percetakan Negara Banda Aceh, dan juga berprofesi sebagai wartawan Harian Analisa biro Banda Aceh.
Bersama Maskirbi, kami sempat menerbitkan antologi puisi berjudul “Ranub”, namun sayangnya seluruh dokumentasi antologi tersebut turut hilang dalam dahsyatnya tsunami.
Kembali ke GOS Takengon, setelah 40 tahun, pada 2025 ini, GOS tetap seperti awal dibangun. Gedung rintisan Bupati HM Beni tidak ada yang berubah.
Padahal Aceh Tengah sudah berganti begitu banyak bupati setelah itu HM Djamil, TM Yoesoef Zaineol, Buchari Isaq, Mustafa M Tamy, Ir Nasaruddin, Shabela Abubakar, dan kini Haili Yoga.
Belum lagi ada Pj Bupati, Zainudin Mard, Ir Mohd Tanwier, Syahbuddin BP, Teuku Mirzuan, dan Subhandy yang pernah memimpin Aceh Tengah.
GOS, sesuai namanya adalah gedung untuk pembinaan seni. Pusat aktivitas berkesenian. Tempat berlatih dan pertunjukan.
Tapi fungsi itu bergeser jauh. Belakangan gedung ini jadi tempat resepsi perkawinan, deklarasi politik, sampai acara wisuda dan sebagainya.
Fungsinya sebagai pusat aktivitas seni sudah bergeser jauh. Ini yang dikeluhkan banyak seniman daerah itu.
Mereka minta Bupati Haili Yoga punya perhatian terhadap keberadaan gedung seni di Takengon. Harapan ini disuarakan Seniman Sjaiful Hadi JL, Ipap Suprapto, Salman Yoga dan banyak lagi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.