GOS TAKENGON BERALIH FUNGSI

GOS Takengon Mati Suri, Ketua HMI Soroti Transparansi Pengelolaannya

Bukan sekadar soal tembok retak atau atap bocor. Ini soal kelalaian dan ketidakseriusan pemerintah daerah dalam menjaga marwah seni dan identitas Gayo

Penulis: Cut Eva Magfirah | Editor: Budi Fatria
Dol Afdhal Ghifari
GOS TAKENGON BERALIH FUNGSI - Ketua HMI cabang Takengon-Bener Meriah, Afdhal Ghifari. Ia melontarkan kritik pedas terhadap Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah atas kondisi Gedung Olahraga dan Seni (GOS) Takengon yang semakin tidak terurus.  Ia juga menyayangkan tidak adanya transparansi soal pengelolaan GOS.  

Laporan Cut Eva Magfirah |Aceh Tengah

TRIBUNGAYO.COM,TAKENGON - Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Takengon-Bener Meriah, Afdhalal Gifari, melontarkan kritik pedas terhadap Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, terkait kondisi Gedung Olahraga dan Seni (GOS) Takengon yang semakin tidak terurus. 

Menurutnya, GOS kini ibarat bangunan mati suri yang ditinggalkan, diabaikan, dan kehilangan makna sebagai pusat seni dan budaya di wilayah Gayo.

"Ini bukan sekadar soal tembok retak atau atap bocor. Ini soal kelalaian dan ketidakseriusan pemerintah daerah dalam menjaga marwah seni dan identitas daerah. GOS hari ini tidak lebih dari bangunan kosong tanpa ruh,” kata Afdhalal kepada TribunGayo.com pada Rabu (11/6/2025).

Ia menilai, sejak beberapa tahun terakhir, GOS Takengon seakan kehilangan arah. 

Tidak ada kegiatan seni yang signifikan, tidak ada pembinaan komunitas budaya, dan tidak ada program berkelanjutan untuk memberdayakan potensi anak muda dibidang seni. 

Padahal, dulunya gedung ini menjadi panggung utama bagi berbagai event seni dan budaya yang membanggakan.

"Pemerintah sering bicara soal pariwisata budaya, tapi ironisnya, aset kebudayaan yang ada dibiarkan rusak dan terbengkalai. Ini bukti nyata bahwa narasi pembangunan hanya sebatas lips service,” lanjutnya.

Afdhalal juga menyayangkan tidak adanya transparansi soal pengelolaan GOS Takengon.

Ia menilai, selama ini tidak ada mekanisme yang jelas, tidak ada evaluasi, dan nyaris tak terdengar ada anggaran pemeliharaan yang dialokasikan secara serius.

"Kalau pemerintah tidak sanggup mengelola, lebih baik serahkan ke komunitas pemuda atau swasta yang peduli. Jangan dibiarkan terus seperti ini. Ini pengkhianatan terhadap warisan budaya Gayo,” tandasnya.

Sebagai representasi mahasiswa, Afdhalal menyerukan gerakan evaluasi total terhadap kebijakan Pemkab Aceh Tengah dalam merawat dan menghidupkan kembali aset-aset publik, termasuk GOS Takengon

Ia juga membuka ruang diskusi lintas sektor untuk mendorong pembentukan forum penyelamatan GOS sebagai simbol perlawanan terhadap apatisme birokrasi terhadap budaya.

“Sudah cukup kita diam. Kita tidak boleh membiarkan warisan ini hancur hanya karena ketidakpedulian. GOS harus kita rebut kembali sebagai ruang hidup bagi seni, budaya, dan kreativitas pemuda Gayo,” tutupnya. (*)

Sumber: TribunGayo
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved