Kupi Senye

Fenomena Cognitive Dissonance pada Korban Pelecehan Seksual yang Dilakukan oleh Orang Terdekat

Dalam konteks pelecehan seksual, terutama yang dilakukan oleh sosok yang dipercaya, disonansi ini bisa menjadi sangat kompleks.

FOTO IST
OPINI TRIBUN GAYO - Liza Sera S Psi merupakan Guru Bimbingan Konseling di SMA Muhammadiyah Gayo Lues dan Alumni Psikologi UIN AR-Raniry Banda Aceh 2020. Ia menulis opini tentang 'Ketika Otak Menolak Percaya: Fenomena Cognitive Dissonance pada Korban Pelecehan Seksual yang Dilakukan oleh Orang Terdekat', Sabtu (22/11/2025). 

Ketika Otak Menolak Percaya: Fenomena Cognitive Dissonance pada Korban Pelecehan Seksual yang Dilakukan oleh Orang Terdekat

Oleh : Liza Sera S Psi *)

Fenomena pelecehan seksual yang terjadi dikalangan masyarakat, membuat sebagian orang merasa ikut merasakan kesedihan, merasa miris atas kejadian yang menimpa korban.

Apalagi kejadian yang terjadi dilakukan oleh orang terdekat, entah itu keluarga, teman dekat, pasangan, atau sosok figur yang dipercaya.

Dan kejadian ini sering kali menjadi luka yang paling sulit dipahami oleh korban.

Banyak masyarakat yang bertanya: “Mengapa korban bisa diam begitu lama ?”.

“Mengapa korban bisa tetap bertahan di dekat pelaku ? dan “Mengapa korban masih membela orang yang menyakitinya?".

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini sering kali terletak pada fenomena psikologis yang disebut cognitive dissonance.

Apa Itu Cognitive Dissonance ?

Cognitive dissonance adalah kondisi ketika seseorang mengalami pertentangan antara dua keyakinan, nilai atau pengalaman yang saling bertolak belakang.

Sehingga menimbulkan tekanan emosional dan kebingungan yang dialami oleh korban

Dalam konteks pelecehan seksual, terutama yang dilakukan oleh sosok yang dipercaya, disonansi ini bisa menjadi sangat kompleks.

Korban tidak hanya berhadapan pada trauma yang dialami, tetapi juga benturan psikologis antara realitas yang dialami.

Dan gambaran tentang pelaku yang selama ini adalah sosok yang diyakini dapat mengayomi dan sosok pahlawan bagi kehidupanya. 

Bayangkan seorang remaja yang sangat menghormati sosok yang selama ini dianggap sebagai panutan, penuh perhatian, serta menasehati untuk menjadi pribadi yang lebih kuat.

Namun suatu hari, perhatian itu berubah menjadi sentuhan yang tidak semestinya.

Sumber: TribunGayo
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved